Ketua Yayasan Harapan Taheta

Dedy Baboe, M.Kes

Selalu ada harapan

Hiduplah dengan penuh harapan, karena dengan harapan lah manusia menjadi berarti. Tahun boleh berganti, ketidakpastian selalu membayangi, tapi yakinlah akan ada harapan untuk hidup yang lebih baik.

Bawi Hadohop

Perempuan saling tolong menolong

Sunday 12 December 2021

Kenangan Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2019. Layak Menjadi Informasi. Thanks NPF


https://www.facebook.com/dedy.baboe/posts/10220803946876848

Wednesday 24 November 2021

 

Harapan Tahet Foundation, mengikut kembali pertemuan Via Zoom “HIV Community Masterclass Asia Series# 2  Peer Support For Better Quality Care” (10 November 2021). Untuk petemuan kali ke dua ini, lebih banyak mengupas pengalaman melakukan Pendekatan kepada ODHIV maupun Kelompok Komunitas Sebaya. Pada pertemuan itu dihadiri dari beberapa lembaga pemerhati HIV dan Komunitas dari berbagai negara di Asia.

Dalam Pertemuan tersebut selain berbagi pengalaman program dalam melakukan pendampingan serta penjangkauan sebaya ODHIV, ada juga diberikan materi terkait metode pendekatan Peer Support serta cakupan  Cakupan layanan dan dukungan sebaya. Hal ini dilakukan penting untuk memberikan dan membangun kembali rasa kepercayaa para ODHIV bahwa mereka masih bisa berdaya dan berhasil Guna. Dalam mengimplmenatasikan kegiatan program ini perlu dilakukan oleh ODHIV sendiri melalui komunitas dukungan kelompok Sebaya.

Di Kalimantan Tengah Kelompok Dukungan sebaya ODHIV tersebut telah ada dan terbentuk kurang lebih ditahun 2016 lalu. Untuk komunitas Kelompok Dukungan sebaya ODHIV cukup aktif telah berjalan. Yaitu dengan nama Barigas Bahalap. Untuk diketahui bahwa para pengurus maupun anggta dalam Komunitas tersebut tidak hanya orang dengan HIV saja akan tetapi para pemerhati/penggiat maupun para praktisi HIV-AIDS. hal ini dilakukan sekaligus mengkampanyekan tidak ada Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHIV.






Pertemuan Case Conference Program HIV Kota Palangkaraya


Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Cabang Kota Palangkaraya sangat konsern terhadap upaya penanggulangan HIV-AIDS. beberapa waktu lalu PBI mengadakan Pertemuan Case Conference (17 November 2021) di caffe VS Garden. Adapun yag hadir dari beberapa lembaga penyelenggaran Fasilitas Layanan Kesehatan seperti Puskesmas di Kota Palangkaraya, Rumah Sakit Umum maupun swasta, maupun dinas kesehatan, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) serta beberapa lembaga Sosial lainnya seperti Harapan Taheta Foundation yang turut memfasilitasi pertemuan tersebut. Pertemuan tersebut dilaksanakan sebagai upaya menyamakan persepsi dan memperlancar kinerja program pencegahan HIV-AIDS dari Global Fund di Kota Palangkaraya. Hasil pertemuan tersebut yaitu:

  1. PKBI sangat berharap ada keberlanjutan peran sebagai Penjangkau-Pendamping bagi Kelompok Berisiko maupun bagi Orang dengan HIV (ODHIV). Hal ini mengingat PKBI tidak selamanya akan mendapat Donor GF komponen HIV untuk di Kalimantan Tengah.
  2. Ada keberlanjutan peran dari Pemerintah Daerah Provinsi maupun Kota Palangkaraya, baik melalui fasilitas layanan kesehatan maupun dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) untuk merekrut Penjangkau-Pendamping ODHIV.
  3. Sejak pertengahan Bulan November 2021 ini diberitahukan bahwa RSUD Doris Silvanus memberikan layanan Kesehatan khusus bagi pasien ODHIV secara Cuma-Cuma. Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan oleh Direktur RSUD Doris Silvanus.
  4. Saat ini hanya 26% ODHIV mengkonsumsi obat dari total temuan kasus yang semakin meningkat saat ini.
  5. Penyebaran HIV Kalimantan Tengah akan berpontesi tidak lagi temuan kasus berdasarkan area terkonsentrasi akan tetapi berpontesi besar menjadi scope area yang meluas, yang artinya, temuan kasus HIV tidak lagi berdasarkan kantong-kantong dari area berisiko seperti tempat lokasisasi berkedok karaoke, pekerja seks, akan tetapi dari area pekerjaan seperti perusahaan, lembaga pemerintah, keramaian/ hiburan malam dll. Hal ini mengingat penyebaran lebih banyak kepada perilaku social yang berisiko/penyimpang.
  6. Perlu peran lintas sector serta stakeholder terkait dalam upaya bersama mengeluarkan kebijakannya untuk sedikit lebih focus ikut berupaya memotong penyebaran HIV dan menghilangkan persepsi tentang HIV yang negative (tidak ada Stigma dan Diskriminasi).
Penyebaran HIV dapat dicegah penularananya dengan selalu mengkonsumsi Obat dan rutin untuk memeriksakan diri dengan hasil virus dalam tubuh tidak terdekteksi dan menjalankan hidup perilaku yang sehat tidak menularkan atau ditularkan (Undetectable=Untransmittable) serta ikuti anjurkan tenaga kesehatan maupun konselor HIV. Mari kita bersama sukseskan Bebas HIV di tahun 2030 (tanpa kasus baru, tidak ada kematian dari AIDS dan tidak ada Stigma dan Diskriminasi.









Tuesday 23 November 2021

Pertemuan Lintas Sektor Stkeholder dalam rangka pencegahan penanggulangan HIV-AIDS di Kota Palangkaraya.

 


Yayasan Harapan Taheta turut menghadiri pertemuan yang difasilitasi oleh Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Kota (5 Oktober 2021) di ruang rapat kantor Walikota Palangkaraya dalam upaya meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam upaya menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap bahaya Penularan HIV-AIDS dan juga sekaligus menekan penyebaran HIV ditengah masyarakat Kota Palangkaraya, serta menghilangkan stigma dan Diskriminasi tehadap orang dengan HIV-AIDS.

Dalam pertemuan tersebut dibuka oleh Wakil Walikota Palangkaraya Ibu. Umy Mastikah dan dihadir dari beberapa instansi Pemerintah maupun Lembaga Organisasi Masyarakat (LSM) Kota Palangkaraya seperti satpol PP, Dinas Sosial, Disnaker, PKBI dan Yayasna Harapan Taheta serta beberapa lembaga Satuan Perangkat Daerah tersebut.

Adapun hasil pertemuan tersebut diketahui ada temuan kasus Baru yang semakin hari semakin meningkat seperti pada bulan Juli saja ada 46 kasus temuan Baru HIV. Temuan tersebut baik dari kalangan mahasiswa, PNS, swasta, serta dari kelompok lainnya.  Selain itu banyak orang dengan HIV (ODHIV) tidak mau berobat serta atau tidak melanjutkan pengobatannya. Dari 88% temuan Kasus HIV hanya 26% yang aktif mengkonsumsi Obat yang sampai saat ini AMPUH untuk mencegah penularan dan memperbaiki kondisi Tubuh ODHIV. Bila tidak mengkonsumsi obat tersebut berpontesi dapat menyebarkan Virus tersebut bila tidak menjaga perilaku yang berisiko seperti Seks Berganti pasangan, narkoba. Sampai Saat ini di Kota Palangkaraya kasus HIV Laki-laki lebih banyak dibandingkan Perempuan.

Saturday 16 October 2021

APCOM x Gilead HIV Community Masterclass Asia Series Topic: “Innovating for Success”.


Meskipun perhatian global telah didominasi oleh pandemi COVID-19, HIV tetap menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat utama dunia. Satu hikmahnya adalah bahwa pengalaman puluhan tahun dari epidemi HIV-AIDS menawarkan wawasan berharga untuk memerangi COVID-19 dan sebaliknya. Beberapa waktu lalu Yayasan Harapan Taheta mengikuti pertemuan Virtual APCOM x Gilead HIV Community Masterclass Asia Series dengan topik:  Innovating for Success. Pertemuan ini adalah sesi pertama mengeksplorasi pendekatan kreatif untuk desain kampanye dan penyampaian layanan. Anda akan belajar tentang menggunakan saluran digital untuk merancang kampanye yang efektif dan menarik yang meningkatkan kesadaran dan mendorong perubahan perilaku, serta transformasi organisasi untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang dalam perawatan HIV. Sesi interaktif ini adalah kesempatan unik untuk mendengar dari para ahli terkemuka, berbagi perspektif Anda dan belajar dari rekan-rekan di ruang HIV di Asia. Adapun pembicara pada pertemuan ini yaitu:

  1. Bruce Richman, Direktur Eksekutif Pendiri Kampanye Akses Pencegahan, akan berbagi pengalamannya merancang kampanye U=U yang sukses yang meningkatkan kualitas hidup orang yang hidup dengan HIV dan mengatasi stigma dan diskriminasi dalam masyarakat luas.
  2. Stephane Ku, Anggota Dewan Masyarakat AIDS Taiwan dan Pendidikan dan Penelitian HIV Taiwan (HEART), akan membahas karyanya dengan aplikasi jejaring geososial untuk pendidikan HIV dan berbicara tentang peran keterlibatan digital selama pandemi COVID-19.
  3. Dr. Katerina Leyritana, Direktur Medis dan Anggota Dewan Pendiri Inisiatif Kesehatan Berkelanjutan Filipina, akan mengeksplorasi bagaimana organisasi bertransformasi secara digital untuk memenuhi kebutuhan yang berkembang dalam perawatan HIV, termasuk pelatihan, pembangunan infrastruktur, dan kemitraan.

Dari pertemuan itu disimpulkan bahwa melakukan pendekatan kepada kelompok Komunitas ODHIV maupun pada kelompok berisiko (PSK, MSM, Transgender, IDUs dll) sangat dituntut peran Informasi teknologi untuk lebih dekat kepada kelompok tersebut dengan situasi pandemic Covid-19 saat ini yang belum tuntas. Pendekatan penguatan informasi melalui U=U  (Undetectable = Untransmittable) mampu memberikan dampak yang signifikan kepada masyarakat maupun kelompok berisiko dalam mengurangi stigma dan Diskriminasi terhadap HIV-AIDS ini. hal ini juga diperkuat dengan peran para Stakeholders, dukungan kebijakan dan peran serta Pemerintah serta dukungan teknologi-informasi yang cukup memadai dalam menyebarkan informasi ini.

PERTEMUAN FOKUS GROUP DISKUSI DALAM UPAYA STRATEGI MEMBANGUN KERJASAMA ANTAR ORGANISASI MASYARAKAT ADAT UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KONFLIK SOSIAL DIMASYARAKAT KALIMANTAN TENGAH


Pada tanggal 15 September lalu 2021 Yayasan Harapan Taheta turut menghadiri pertemuan Fokus Group Diskusi (FGD) dengan topik “Strategi membangun Kerjasama Antar Organisasi Masyarakat Adat Untuk Mencegah terjadinya Konflik Sosial di Kalimantna Tengah”. Pertemuan ini di fasilitasi oleh Jajaran POLDA Kalteng melalui DITINTELKAM Subdit I Politik. Tujuan pertemuan ini agar para Organisasi Masyarakat Adat (Ormas Adat) adalah bersama untuk turut berupaya mencegah terjadinya Konfik Sosial dimasyarakat. Adapun pelaksanaan ini bertempat di Hotel Aprila P. Raya yang dihadiri oleh pengurus (Ketua/Pimpinan) sebanyak 22 Peserta dari Ormas Adat Di Kalimantan Tengah seperti dari; Dewan Adat Dayak (DAD), Gerakan Pemuda Dayak (GERDAYAK), Perkumpulan Pemuda dayak (PEPERDAYAK), Forum Pemuda Dayak (FORDAYAK), Yayasan Solok Saiyo Sakato, Lembaga Kerukunan Masyarakat Batak (LKMB), Paguyuban Kulowargo Wong Jowo (PAKUWOJO), Paguyuban Lembur Kuring dan Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS). Sebagai bahan FGD Dalam pertemuan ini tersajikan materi dari Kesbangpol, FKUB, Akademisi maupun dari Polda Kalteng yang memaparkan secara singkat dari masinf-masing pemateri tersebut terkait kasus-kasus konflik social yang terjadi serta pemicu maupun peraturan hukum yang terjadi di Indonesia. Adapun hasil pertemuan ini menghasilkan yaitu: adanya persamaan persepsi serta dukungan bersama dari Ormas Adat dalam upaya turut mencegah Konflik Sosial terjadi dimasyarakat; adanya rumusan untuk menindaklanjut hasil pertemuan melalui Deklarasi dan berkomitmen bersama Ormas Adat bersama mencegah terjadinya Konflik Sosial di Masyarakat Kalimantan Tengah.
Untuk diketahui bahwa ada berdasarkan hasil laporan informasi Polda Kalimantan Tengah selama kurun waktu 2 (Dua) tahun terakhir ini ada 44 kejadian konflik sosial, Tahun 2019 ada sebanyak 19 kasus konflik sosial dan ditahun 2020 ada sebanyak 25 kasus konflik sosial yang tersebar di 13 Kabupaten dan 1 Kota.



 



Monday 12 July 2021

KOORDINASI BERSAMA PENANGANAN KASUS ODHIV KOTA PALANGKARAYA semester I di tahun 2021

 

Pandemi C-19 belum ada tanda-tanda penurunan kasus yang signifikan, bahkan varian-varian baru bermunculan. Walaupun dengan kondisi begitu, mari kita tetap jalankan dan patuhi protocol kesehatan dengan selalu menggunakan masker, selalu mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilisasi yang tidak perlu.

Dibulan Mei 2021 lalu PKBI cabang Kota Palangkaraya bersama Yayasan Harapan Taheta sebagai fasilitator/moderator pertemuan dalam melaksanakan kegiatan kordinasi penanganan kasus HIV di Kota Palangkaraya. Adapun yang hadir dalam pertemuan tersebut yaitu dari beberapa penyelenggara Fasilitas Kesehatan yaitu; Puskesmas Menteng, Jekan Raya, Marina, Panarung serta dari Dinas Kesehatan, KPA maupun dari para praktisi/ penggiat HIV-AIDS di Kota Palangkaraya.

Dalam melaksanakan pertemuan tersebut telah melaksanakan sesuai dengan protocol kesehatan yang dijalankan untuk mencegah penyebaran C-19. Adapun bahasan dalam pertemuan tersebut yaitu terkait kendala dan permasalahan yang terjadi baik penangan di tingkat fasilitas kesehatan maupun rekan-rekan penjangkau dan pendamping ODHIV maupun penemuan kasus baru. Adapun kendala dan permasalahan tersebut yaitu:

  1. Baru 54% yang mau dirujuk ke VCT dari target penjangkauan dari kelompok berisiko LSL
  2. Masih ada beberapa ODHIV yang putus ARV.
  3. Dukungan Mobile VCT masih belum mampu mendongkrak target
  4. Ada titik hotspot (Kelompok rentan) namun belum dapat mengakses kesana maupun melakukan pendekatan.
  5. Sinkronisasi data melalui SIHA masih terkendala.
  6. Belum terjangkaunya penangan kepada kelompok rentan yaitu WPS.
  7. Alat Media kampanye seperti Banners, brosur/leaflet dll tidak tersedia.
  8. Program HIV sedikit terabaikan mengingat memprioritaskan penanganan C-19.  

Diakhir pertemuan koordinasi ini ada beberapa hal yang dapat menjadi jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada yaitu:

  1. Pemberian Rapid test HIV dan ARV saat ini hanya khusus diberikan kepada Puskesmas yang telah ditunjuk sebagai PDP (Perawatan, dukungan dan Pengobatan) saja sebagai langkah terkordinasi dan sistematis serta sebagai langkah penghematan bahan dan pengobatan.
  2. Logistic terutama dari dinas kesehatan maupun KPA belum optimal ada disediakan.
  3. Perlu koordinasi perwilayah untuk memudahkan pendekatan kepada kelompok rentan yang diharapkan akan difasilitasi bersama KPA, dinas kesehatan serta lembaga terkait. 
  4. Penanganan penjangkauan dan pendampingan bagi kelompok WPS akan dikordinasikan oleh PKBI selaku penerima program tersebut.
  5. Penggunaan SIHA akan dioptimalkan bahkan masih diberi waktu 1 Minggu untuk memasukan data tersebut.

Ingin mengetahui lebih dalam kegiatan Yayasan Harapan Taheta dan mitra serta Komunitasnya maupun yang ingin berkonsultasi dapat menghubungi nomor Kontak Yayasan Harapan Taheta di Website ini.  Salam Sehat dan selalu Menjaga Kesehatan.



Saturday 15 May 2021

“TOLERANSI DALAM KEBERSAMAAN TANPA ADA STIGMA DAN DISKRIMINASI”

 

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh; Salam Sejahtera dalam Kasih Tuhan, Yesus Kristus

Moment Tahun ini adalah moment yan luar biasa bagi Seluruh umat ciptaan-Nya. Hari Raya Indul Fitri bertepatan pula dengan Hari Kenaikan Isa Almasih.

Yayasan Harapan Taheta Mengucapkan Selamat “HARI RAYA IDUL FITRI” bagi Umat Muslim Dan Selamat “HARI MEMPERINGATI KENAIKAN ISA ALMASIH” bagi Umat Kristiani.

MARI Kita lebih kuatkan untuk saling Menghargai, Bertoleransi tanpa ada Stigma dan Diskriminasi kepada siapapun seluruh Umat Ciptaan-Nya.


 “ DENGAN PENUH KERENDAHAN HATI MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”.

Waalaikumsalam Warahmatullahi WabarakatuhTuhan Yesus Memberkati


Pengurus Yayasan Harapan Taheta

Thursday 29 April 2021

“INFEKSI MENULAR SEKSUAL PINTU MASUK HIV”



Pandemi Covid-19 terus dan terus akan berlanjut yang sampai saat ini belum ada satu ahlipun yang mampu menyatakan kapan berakhirnya Pandemi ini. Peran vaksinasi hanya mempercepat proses pembentukan Hard Imunnity kita, akan tetapi kita tetap harus selalu menjaga sesuai dengan protokol kesehatan sebagai langkah pencegahan yang sangat efektif saat ini yaitu Menggunakan MASKER, selalu MENCUCI TANGAN, MENJAGA JARAK, MENGHINDARI KERUMUNAN, dan MENGURANGI MOBILISASI. Pernyataan ini pula pernah kita sampaikan bahwa Protokol Kesehatan ini akan menjadi sebuah HABITS bagi kita nantinya.

Sama seperti halnya dengan penanganan kasus HIV (Human Immunodefficency Virus), kurang lebih 15 tahun lalu penularan kasus HIV lebih banyak terjadi melalui jarum suntik Narkoba yang digunakan secara bergantian. Seiring waktu berjalan penularan tersebut bergeser melalui hubungan Seks lebih dari 1 pasangan secara bergantian. Hubungan seks tersebut baik secara lawan jenis (Heteroseksual) maupun sesama jenis (Homoseksual) bahkan berpontensi juga Lesbian (Seks sesama wanita) manggunakan alat bantu Seks yang digunakan bergantian.

Cukup banyak masyarakat yang ingin menanyakan tentang HIV dan segala penularan maupun penanganannya melalui Contak YAYASAN HARAPAN TAHETA. Maka dari itu kami terdorong untuk menyampaikan informasi seperti yang telah disampaikan diatas. Penularan HIV melalui hubungan seksual ini dapat terindikasi dari temuan Infeksi Menular Seksual (IMS). WHO memberikan informasi bahwa orang yang menderita IMS memiliki risiko 3-10 kali lebih besar terinfeksi HIV karena ada luka yang terjadi yang berpotensi pintu masuk bagi Virus tersebut. Ada beberapa penyakit yang disebabkan IMS ini dan sering ditemukan dimasyarakat yang memiliki risiko yang akan disampaikan sebagai berikut:

1.      Gejala IMS pada Umumnya

  •      Sering Tanpa gejala (terutama Pada Perempuan)
  •      Rasa Sakit/ Gatal pada alat Kelamin
  •      Mucul Luka Benjolan, bintil atau luka, terjadi pembengkakan di pangkal paha.

2.      Gejala IMS pada Perempuan

      Lecet, ulkus, benjolan berisi air, benjolan kecil dan keras, warna kemerahan di sekitar dan di organ  seksual, Nyeri, gatal, panas, bengkak pada dan di sekitar daerah vagina, Nyeri perut bagian bawah, Sering buang air kecil (mungkin disebabkan oleh penyebab lain). Sakit tenggorokan. Keluar Cairan kuning dan berbau, Keluar darah pada masa bukan haid

3.      Gejala IMS pada Laki-laki

      Lecet, ulkus, benjolan berisi air, benjolan kecil dan keras, warna kemerahan di sekitar dan di organ  seksual. Sering buang air kecil dan terasa panas, Ujung penis kalau dipencet akan keluar nanah. Pembengkakan pada scrotum/daerah selangkangan dan Sakit tenggorokan

 Infeksi Menular Seksual (IMS) yang sering ditemukan di masyarakat seperti dijelaskan dibawah ini:

1.      SIFILIS atau yang sering di sebut RAJA SINGA

Proses berjalannya penyakit ini akan terasa kurang lebih 2 Minggu sampai 3 bulan. Terlihat ada luka lecet/koreng disekitar alat kelamin (Ulkus kelamin).

2.      GONORE atau sering disebut KENCING NANAH

Proses berjalannya penyakit ini pada Laki-laki 2-5 hari baru aka terasa. Sedangkan pada perempuan sulit diketahui karena sudah ada penyakit ini namun tidak memberikan gejala klinis (Asimtomatik). Gejala bagi pria ada terjadi seperti rasa terbakar, terjadi peradangan pada saluran kelamin, keluar cairan seperti nanah yang berwarna putih-kuning kental. Gejala bagi perempuan sering tanpa gejala (Asimtomatik), terkadang terjadi eksudat Purulen dari uretra (ada cairan seperti nanah).

3.      HERPES GENITALIS

Proses berjalannya penyakit ini biasanya 2-10 hari bahkan bisa sampai 3 minggu. Terjadi erosi multiple berkelompok, lesi dan sangat nyeri serta terjadi edema, kenyal dan disertai gejala sistemik.

Dari semua penyakit IMS yang ada, hal perlu dilakukan adalah memastikan diri bahwa anda terdiagnosa dengan pasti oleh dokter melalui pemeriksaan Laboratorium dsbnya. Jangan sekali-kali membersihkan alat kelamin dengan menggunakan cairan pembersih lainnya atau minuman alcohol yang akan memperparah penyakit tersebut. Dan hal yang sangat penting adalah Bawa PASANGAN ANDA (Suami/Istri/pacar dll) untuk dicek dan diobati secara menyeluruh agar tidak terjadi penularan saling bergantian (Fenomena Pingpong penyakit).

Banyak dimasyarakat yang salah paham membedakan penyakit IMS ini maka dari itu Pentingnya diberikan informasi serta kesadaran kepada seluruh kelompok masyarakat termasuk anak-anak remaja-muda yang sangat rentan untuk berperilaku seks berisiko bahkan seks yang menyimpang. Tidak ada lain PENCEGAHAN penyakit ini yaitu hanya dengan menggunakan KONDOM, jangan melakukan hubungan seks  bergantian lebih 1 pasangan, bahkan seks yang menyimpang dan SETIA DENGAN PASANGAN, dapatkan informasi dari sumber ahlinya, jauhi narkoba maupun minuman keras.



Bila ingin mengetahui informasi lebih lanjut mengenai hal ini dapat berkonsultasi dengan konsulen kami ataupun via telpon (WA) melalui nomor Yayasan dan dapat juga bertanya/saran melalui kolom komentar di website ini. Mari kita bersama-sama memampukan menjaga diri dan keluarga. Tetap Selalu Jaga Kesehatan.

Wednesday 28 April 2021

"PENTINGNYA EDUKASI BAGI PEMUDA-REMAJA CEGAH HIV"


Saat ini penularan HIV lebih banyak ditemukan kasus melalui Hubungan Seks yang sering berganti pasangan. Hubungan seks tersebut dapat dilakukan oleh seseorang yang heteroseksual maupun yang homoseksual. Bila sudah Positif HIV sangat rentan terserang penyakit, tidak hanya dari infeksi penyakit saja, tetapi dapat menyerang tatan di kehidupan sosial maupun ekonomi. Tak jarang kita mendapati kasus bila ada anggota keluarga (seseorang) diketahui HIV akan terusir dari rumah, begitu juga di lengkungan pekerjaannya akan langsung diberhentikan (Pecat).

Walaupun dengan situasi Pandemi Covid-19 masih ada, Tak henti-hentinya YAYASAN HARAPAN TAHETA bersama lembaga PKBI Kota palangka Raya yang memiliki semangat sama untuk menanggulangi penyebaran HIV lebih masif lagi. Beberapa waktu lalu (24 April 2021) walaupun ditengah Umat Muslim beribadah puasa, kami tetap menyuarakan sosialisasi edukasi kepada para pemuda/remaja yang rentan terhadap penularan HIV. Melalui momen ibadah puasa ini menambah warna pemberian edukasi tentang HIV-AIDS dengan berbuka puasa bersama memberikan ceramah keagamaan akan tetapi memberikan juga informasi tentang Seputar HIV-AIDS. dihadiri olehj pemuda remaja kurang lebih 25 orang selain pemberian pengetahuan tentang Infeksi Menular Seksual yang menjadi pintu masuk terkena HIV, pada pertemuan ini juga dilakukan test Rapid dalam menjaring kasus temuan baru HIV di Palangkaraya.

Pentingnya memberikan kesadaran kepada seluruh kelompok masyarakat termasuk anak-anak muda yang sangat mudah sekali untuk berperilaku seks berisiko bahkan seks yang menyimpang. Tidak ada lain PENCEGAHAN HIV melalui Hubungan Seks berganti-ganti pasangan  hanya dengan penggunaan kondom sebagai cara utama mengurangi penularan HIV. 

Info lebih dalam mengenai HIV-AIDS dan Komunitasnya dapat menghubungi nomor Kontak Yayasan Harapan Taheta di Website ini.