Monday 11 July 2022

Sejauhmana Kepercayaan Diri dan Potensi ODHIV untuk Lebih Berdaya dan Mandiri di Tanah Kalimantan?

 Sejauhmana Kepercayaan Diri dan Potensi ODHIV untuk Lebih Berdaya dan Mandiri di Tanah Kalimantan?

Oleh:

Pembina Yayasan Harapan Taheta



Belajar dari pengalaman Yayasan Harapan Taheta (YHT) dalam mengawali program “Menuju ODHIV Berdaya, Produktif dan Mandiri di Tanah Kalimantan” yang didukung pendanaannya oleh Rainbow Gilead, telah diperoleh sejumlah data yang cukup menarik untuk dipelajari sekaligus sebagai tantangan bagi kita dalam upaya mewujudkan 3 zero HIV. Dengan kondisi ODHIV saat ini khususnya di 5 provinsi se Kalimantan, muncul pertanyaan apakah pada tahun 2030 Tanah Kalimantan mampu meraih 3 zero HIV? yakni zero infeksi HIV baru, zero kematian disebabkan AIDS, dan zero diskrimanasi. Bagaimana tidak hingga saat ini hanya sekitar 50% ODHIV on ARV. Indikator lain bahwa masih kentalnya stigma dan diskriminasi terhadap ODHIV baik di tatanan masyarakat, pemerintah, dunia usaha bahkan di lembaga kesehatan sendiri sehingga tak pelak tidak sedikit ODHIV terutama di tanah Kalimantan yang menjadi korban pemecatan dari perusahaan atau sector swasta lainnya setelah status HIV mereka diketahui.

Berikut adalah hasil identifikasi dan pemetaan yang dilakukan YHT melalui diskusi, brainstorming dan methaplan dalam “Pertemuan Membangun Kepercayaan Diri, Identifikasi Potensi dan Pemetaan Usaha Ekonomi Produktif yang Dikembangkan Odhiv” di Palangka Raya, Banjarmasin, Pontianak, Samarinda, dan Tarakan dilaksanakan di akhir April dan awal Mei 2022. Isunya cukup memprihatikan sekaligus menarik dan menantang untuk direspon dan ditindaklanjuti. 

Issu pertama: Ada kekhawatiran sebagian besar ODHIV terhadap keberadaan mereka sebagai penyintas. Meskipun sebagian besar ODHIV sudah mampu menerima diri sebagai ODHIV atau berdamai dengan virus, namun sebagian lainnya masih sulit menerima diri sebagai ODHIV. Meskipun mereka sudah menerima diri dengan status positif, namun hanya sebagian kecil ODHIV bersedia membuka status HIV dengan keluarga inti mereka, karena khawatir diusir dan dikucilkan keluarga.  

Issu kedua: Saat ini nyaris semua ODHIV sedang menggeluti pekerjaan sebagai penopang hidup keluarga namun sebagian besar di sector informal mulai dari kerja serabutan, jualan kue, jual nasi, jasa tatarias, tukang cukur, tukang pijat, tukang ojek, dan lain-lain yang sebagian besar dilakukan mandiri dan secara off line dan sedikit dari mereka secara on line atau keduanya. Beberapa ODHIV melalukan usaha ini tidak sesuai dengan skill mereka, hanya terpaksa karena dipecat dari perusahaan dan dampak dari Covid-19. Dengan modal seadanya mereka berusaha untuk sekedar bisa menyambung hidup, karena peluang modal usaha diharapkan dari dukungan pemerintah atau pihak swasta sangat kecil karena dana pemerintah difokuskan untuk menanggulangi Covid-19. 

Issu ketiga:  ODHIV memiliki potensi keterampilan, bakat dan minat yang cukup beragam namun untuk mewujudkan usaha ekonomi yang sesuai dengan potensi mereka tersebut membutuhkan modal cukup besar. Beberapa dari ODHIV mengutarakan keinginan mereka  untuk membuka usaha batik sasirangan, warung makan, cafe, salon kecantikan, wedding organizer, dan bengkel motor, dan lain-lain, namun usaha ini membutuhkan sarana, peralatan, dan bahan yang cukup besar nilainya.

Melalui program yang digulirkan Yayasan Harapan Taheta diharapkan mampu meningkatkan kapasitas para ODHIV dan mampu menjembatani kebutuhan ODHIV di 5 provinsi se Kalimantan dengan dinas dan stakeholders terkait setempat dalam upaya menyediakan modal kerja untuk pengembangan usaha ODHIV. Dengan tersedianya sumber daya tertama lapangan kerja dan permodalan usaha dari berbagai pihak terkait untuk bisa diakses oleh ODHIV maka optimis keberdayaan dan kemandirian ODHIV di tanah Kalimantan bisa terwujud dan tentu akan memberi kontribusi untuk pencapaian zero HIV pada tahun 2030. Semoga !!!

0 komentar:

Post a Comment