Ketua Yayasan Harapan Taheta

Dedy Baboe, M.Kes

Selalu ada harapan

Hiduplah dengan penuh harapan, karena dengan harapan lah manusia menjadi berarti. Tahun boleh berganti, ketidakpastian selalu membayangi, tapi yakinlah akan ada harapan untuk hidup yang lebih baik.

Bawi Hadohop

Perempuan saling tolong menolong

Wednesday 31 July 2019

DISKUSI PUBLIK

MENGHILANGKAN STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA DALAM MEMPERKOKOH KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH


Yayasan Harapan Taheta yang di dukung oleh Niwano Peace Foundation baru saja mengadakan “Diskusi Publik-Lintas Agama” di Hotel Luwansa, Palangkaraya 25 juli 2019 dengan tajuk “Menghilangkan Stigma dan Diskriminasi ODHA dalam Memperkokoh Kerukunan Umat Beragama di Provinsi Kalimantan Tengah”. Pertemuan tersebut dihadiri sebanyak 70 peserta yang terdiri dari pimpinan (mewakili) tempat-tempat Ibadah seperti; Gereja, Mesjid, Pondok Pesantren, Pura, Vihara, Kapel Keuskupan serta dari lembaga Pemereintah Daerah yang membidangi keagamaan selaku Stakeholeders dan lembaga Sosial masyarakat lainnya yang Peduli terhadap ODHA di Provinsi Kalimantan Tengah.pertemuan tersebut dibuka oleh Sekretaris KPA Provinsi Kalimantan Tengah yaitu Ibu. Rusini Anggen M.Si, sebagai utusan dari  Gubernur selaku Ketua KPA Provinsi Kalimantan Tengah. Selain itu Ketua Forum Kerukunan Umat beragama (FKUB) Provinsi Kalteng turut hadir dan memberikan pengantar dalam diskusi bahwa pentingnya peran lintas agama dalam membantu umatnya terkait orang dengan HIV-AIDS.
Diskusi dipandu langsung oleh Ketua yayasan Harapan Taheta yaitu Dedy SKM.,M.Kes yang diawali dengan mendengarkan paparan dari 3 narasumber utama yaitu Mirhan M.Pd (Praktisi ODHA dan Pembina Yayasan Harpata) dengan topik: “Pengaruh Stigma dan Diskriminasi terhadap ODHA”, Ibu. Kristin Rosela SST.,M.kes dari Perkumpulan Konselor HIV-AIDS RSUD,. Doris Sylvanus P.raya dengan topik: “Penanganan dan pengalaman pendampingan ODHA”dan Prof. DR. I Nyoman Sudyana,M.Sc. dari Perwakilan lintas Agama yang konsern HIV-AIDS dengan topik:”Pendekatan Keumatan peduli HIV-AIDS”. Dalam diskusi tersebut juga dihadirkan 2 orang informan kunci yaitu dari pemerintah daerah sebagai bentuk keterlibatan peran pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS di Provinsi Kalimantan Tengah.
Para peserta diskusi sangat antusias dalam mengikuti diskusi tersebut terilhat dari perwakilan dari setiap elemen agama yang mengajukan pertanyaan serta saran maupun pendapat selama berlangsungnya diskusi tersebut. Adapun hasil dari pertemuan tersebut yang disimpulkan bersama dalam diskusi yaitu:

  1. Ada persamaan persepsi bagi para tokoh Lintas Agama terhadap Orang Dengan HIV-AIDS (ODHA) bahwa penularan HIV-AIDS tidak hanya dari perilaku yang menyimpang saja akan tetapi dapat tertular melalui hal yang tanpa disadari seperti para petugas kesehatan yang membantu pasien ODHA, transfusi darah, maupun jarum tattoo bekas.
  2. Meningkatnya kesadaran para peserta bahwa pentingnya dalam penyebaran informasi tentang HIV-AIDS terutama bagi generasi muda para umat dari lintas agama.
  3. Adanya seruan bersama untuk di Deklasasikan bersama sebagai bentuk semangat dari Lintas agama untuk Peduli terhadap Kasus HIV-AIDS terkait Stigma dan Diskriminasi agar pemerintah turut merespon cepat upaya Penanggulangan HIV-AIDS di Provinsi Kaliamntan Tengah.
  4. Setiap Lintas Agama akan merespon dan menerapkan dalam bentuk kegiatan setiap tempat ibadah untuk menginformasikan tentang penanggulangan HIV-AIDS dalam mengurangi Stigma dan Diskriminasi.